Rabu, 01 Juli 2009

Sejarah Arabia Sebelum Islam Seri ke 1

Aspek masyarakat kesukuan pada jaman Arabia pra Islam menjadi acuan/petunjuk dari banyak hal yang dapat ditemukan dalam Islam masa kini.

Moral Arabia pada waktu itu membenarkan suku satu menyerang kepada suku yang lain dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan, istri, dan budak-budak sehingga menyebabkan disana terus menerus terjadi peperangan antar suku, suku-suku padang pasir Arabia menganut aturan "mata ganti mata, gigi ganti gigi"

Sistem hukum yang kejam demikian diikuti oleh suku-suku Arabia pengembara dan bagi mereka memotong tangan, lidah, telinga, kaki atau memotong kepala orang dan bahkan mencukil matapun dianggap sesuatu yang wajar-wajar saja.

Memaksa orang menjadi budak atau menculik para wanita dan menjadikan mereka harem/selir, memperkosa semuanya dianggap patut-patut saja.

Wanita sangat tidak mempunyai hak apa-apa, hidupnya hanya menjadi obyek dan budak pemuas nafsu sex laki-laki saja, dan bahkan sampai sekarang masih banyak terdengar Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia yang menjadi korban nafsu sex laki-laki di Arabia.

Keadaan dan kondisi Arabia yang demikian keras telah menciptakan masyarakat kesukuan keras pula, akhirnya tindakan kekerasan menjadi norma atau kebiasaan dalam kehidupan mereka hingga kini.

Sebuah contoh di abad modern, ketika Paus Benedictus XVI di Roma, menyatakan "ISLAM IDENTIK DENGAN KEKERASAN", maka hal demikian sudah menimbulkan gelombang protes yang luar biasa oleh umat Islam diseluruh dunia.

Pengenaan fatwa mati yang mengenaskan bagi Salman Rusdhie juga merupakan contoh dari tindakan kekerasan Arabia yang dilakukan di alam modern ini, dihukum mati karena menulis buku yaang mengungkapkan hal-hal yang tidak menguntungkan Islam.

Sebaliknya orang Islam dengan seenaknya menghujat penganut agama lain sebagai orang kafir atau digolongkan orang fasik dengan tanpa merasa bersalah dan bahkan sangat bangga jika menghujat dan memusuhi agama lain, benarkah perintah Allh swt. demikian ?

Sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog seringkali mementahkan pengakuan-pengakuan relegius.

Demikian pula dengan sejarah Arabia sebelum Islam, diungkap berdasarkan peninggalan sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog dapat menunjukkan bahwa Dewa Bulan yang disebut Allah, merupakan Dewa terbesar/termulia dari pada Dewa-Dewa yang lainnya, demikian menurut penganut kepercayaan/agama Pagan yang ajarannya disebut Paganisme, kepercayaan/agama nenek moyang Arabia termasuk kabilah Kuraisy, kabilahnya Muhammad saw.

Menurut mereka Dewa Bulan yang juga disebut Allah adalah Dewa laki-laki kawin dengan Dewi Matahari (perempuan) dan bintang-bintang adalah anak-anak perempuan Dewa Bulan atau Allah.

Dewa bulan/Allah dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi dan mengatur jagad raya ini dibantu oleh dewa-dewa pembantu yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang diatur secara sistematis dan tidak berubah-ubah sampai kiamat.

Kelak Islampun, Allah swt. dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi jagad raya ini juga dibantu oleh Malaikat-Malaikat yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang telah diatur secara sistematis dan tidak berubah-ubah sampai akhir jaman.

Sejarah dan para arkeolog mengungkapkan tempat-tempat pemujaan Dewa Bulan terdapat diseluruh Timur Tengah, mulai dari gunung-gunung di Turki sampai ketepi-tepi pantai sungai Nil.

Agama yang paling luas dan paling banyak penganutnya adalah agama Pagan ajarannya disebut Paganisme penyembah Dewa Bulan/Allah.

Suku Sumerian, sebagai komunitas pertama yang mengenal peradaban tulis menulis, mewariskan ribuan lempengan tanah liat yang mendiskripsikan kepercayaan/agama mereka.

Suku kuno Sumerian menyembah Dewa Bulan/Allah dengan banyak nama dan nama-nama yang terpopuler saat itu antara lain; Nan-na, Suen dan Asimbabbar dengan simbul "bulan sabit".

Ribuan prasasti yang tertulis pada tembok-tembok dan batu-batu karang di Arabia bagian utara berhasil dikumpulkan demikian juga dengan relief-relief dan mangkuk-mangkuk persembahan dlam pemujaan kepada "para Putri Dewa Bulan/Allah juga telah ditemukan.

Ketiga Putri Dewa Bulan/Allah yaitu Al-Lata, Al-Lizza dan Manat kadang-kadang digambarkan bersama dengan Dewa Bulan/Allah yang ditandai dengan gambar-gambar "bulan sabit" diatas gambar mereka.

Bukti-bukti yang terkumpul baik dari Arab Utara maupun Arab Selatan mengungkapkan bahwa pemujaan-pemujaan Dewa Bulan/Allah tetap dilakukan oleh penganut-penganutnya dan bahkan pada jaman Muhammad saw. itupun masih tetap merupakan upacara keagamaan yang dominan.

Dewa Bulan disebut Al-ilah "Dewata" yang disingkat menjadi Allah artinya Dewa Paling Utama dan paling tinggi dari semua dewa-dewa.

Orang-orang Arab penganut agama Pagan/Paganisme penyembah berhala menggunakan nama Allah/Dewa Bulan sebagai tanda ketaatan mereka kepada Allah/Dewa Bulan antara lain ayah Muhammad saw. (Adullah = abdi Allah/Dewa Bulan) dan pamannya dengan nama Obeid Allah.

Sampai hari ini nama-nama penyembah Bulan, penyembah Matahari, penyembah Bintang masih dipakai oleh orang-orang Islam, karena pada umumnya mereka tidak mengerti artinya, seperti ;

Qomarudin (Agama Penyembah Bulan).
--Qomarun = bulan, dinun = agama--

Syamsudin (Agama Penyembah Matahari).
--Syamsu = matahari, dinun = agama--

Najamudin (Agama Penyembah Matahari).
--Najmun = bintang, dinun = agama--

Ritual penganut agama Pagan/Paganisme, mereka beberapa kali dalam sehari menyembah Dewa Bulan/Allah menghadap ke Ka'bah, Paganisme sembahyangnya menghadap ke Ka'bah karena disanalah disemayamkan DewaBulan/Allah.

Mereka berziarah ke Mekah, 7 (tujuh) kali mengelilingi Ka'bah dengan telanjang bulat alias tanpa busana, mencium hajar Aswad (batu meteor berwarna hitam) menyembelih hewan untuk dikorbankan kepada Dewa Bulan/Allah, melempari Iblis (roh jahat) dengan batu kerikil.

Tiap bulan Ramadahan mereka berpuasa yang diawali dengan munculnya bulan sabit dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar